Anak Autis Lebih Rentan Epilepsi
Sebanyak 40 persen.
Bayi yang terlahir prematur dan anak dengan autisme berisiko lebih tinggi untuk menyandang epilepsi.
Dr Dwi Putro Widodo, SpA(K), Kepala Divisi Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mengatakan, angka
komorbiditas (penyakit penyerta epilepsi) sebesar 30-40 persen dari
angka kejadian epilepsi.
"Sebanyak 40 persen anak penyandang autisme juga mengalami epilepsi dibandingkan dengan yang tidak autisme," ujarnya.
Penyakit lain yang penderitanya juga mempunyai kemungkinan lebih besar
menderita epilepsi adalah retardasi mental, Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD), dan Global Developmental Delay (GDD).
Retardasi mental adalah kelainan jiwa dengan inteligensi yang kurang
sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Sedangkan
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik
anak-anak hingga menyebabkan aktivitas mereka tidak lazim dan cenderung
berlebihan.
Sementara GDD adalah keterlambatan perkembangan signifikan dalam dua
atau lebih domain. Seorang anak mungkin memiliki delay perkembangan
global, karena kondisi seperti Cerebral Palsy, kelainan neuromuskular
dan atau kekurangan lingkungan awal. Anak-anak dengan GDD belum tentu
memiliki gangguan intelektual.
Selain itu, bayi kembar juga berpotensi mengalami gangguan otak dan menderita epilepsi.
Menurut Dwi, di negara berkembang angka insiden berkisar antar 25-840
insiden per 100.000 penduduk per tahun. "Meskipun anak dengan
penyakit-penyakit tersebut memiliki kemungkinan menjadi penyandang
epilepsi lebih besar dibanding anak lain, tetap saja kemungkinan
resikonya kecil," ujarnya.